MAKALAH SENI BUDAYA
”MAKNA SIMBOLIK TEMBANG TRADISIONAL JAWA”
![]() |
DI SUSUN OLEH:
NAMA SISWA : RESA WIJAYANTO
KELAS : XII MANDRIVA
JURUSAN : TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN
PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO
DINAS PENDIDIKAN
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
“SMK NEGERI 1 BADEGAN”
KECAMATAN BADEGAN
Jl. Suyudono No.1 Badegan Ponorogo Kode Pos 63455
Telp.(0352)751 034
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Selayang pandang
Makna dan arti dari pada setiap syair dan lirik tembang jawa itu pada dasarnya mempunyai pengertian dan kandungan yang sangat mendalam. Kalau kita kaji secara mendalam mengandung ajaran ataupun falsafah bagi kehidupan kita semua.
Tembang Dolanan yaitu ciptaan lagu dalam Bahasa Jawa yang relatif baru, tanpa terikat pathokan jumlah baris maupun persajakan, tetapi dapat dilagukan seiring irama gamelan.Jenis tembang ini ada yang khas klasik sesuai dengan pathet gendhing gamelan atau irama langgam, dan dalam perkembangannya ada pula yang modern dan fleksibel dengan alat musik campuran sebagaimana campursari.
1.2 Menentukan maksud dan tujuan
Musik tradisional dari waktu kewaktu mengalami perubahan menurut kebutuhan masyarakat setempat. Mula-mula di gunakan sebagai penghilang rasa jenuh maupun untuk permainan anak-anak.
1.3 Perumusan masalah
- mengetahui makna simbolik tembang cublak-cublak suweng ?
- mengetahui makna simbolik tembang gundul-gundul pacul ?
- mengetahui makna simbolik tembang bang-bang tut ?
- mengetahui makna simbolik tembang lir-ilir?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Peran-peran moral musik tradisional
Musik tradisional adalah musik yang hidup di masyarakat secara turun temurun, dipertahankan sebagai sarana hiburan. Tiga komponen yang saling mempengaruhi di antaranya Seniman, musik itu sendiri dan masyarakat penikmatnya. Sedangkan maksudnya untuk memper-satukan persepsi antara pemikiran seniman dan masyarakat tentang usaha bersama dalam mengembangkan dan melestarikan seni musik tradisional. Menjadikan musik trasidional sebagai perbendaharaan seni di masyarakat sehingga musik tradisional lebih menyentuh pada sektor komersial umum.
Musik tradisional adalah musik yang hidup di masyarakat secara turun temurun, dipertahankan sebagai sarana hiburan. Tiga komponen yang saling mempengaruhi di antaranya Seniman, musik itu sendiri dan masyarakat penikmatnya. Sedangkan maksudnya untuk memper-satukan persepsi antara pemikiran seniman dan masyarakat tentang usaha bersama dalam mengembangkan dan melestarikan seni musik tradisional. Menjadikan musik trasidional sebagai perbendaharaan seni di masyarakat sehingga musik tradisional lebih menyentuh pada sektor komersial umum.
Pengertian Musik Tradisional atau Musik Nusantara
Musik Nusantara adalah seluruh musik yang berkembang di Nusantara ini, yang menunjukkan atau menonjolkan ciri keindonesiaan, baik dalam bahasa maupun gaya melodinya. Musik Nusantara terdiri dari musik tradisi daerah, musik keroncong, musik dangdut, musik langgam, musik gambus, musik perjuangan, dan musik pop.
Sejarah Musik Nusantara
Terdapat tahapan- tahapan perkembangan musik Indonesia (nusantara). tahapan tersebut adalah sebagai berikut.
Masa sebelum masuknya pengaruh Hindu- Buddha
Pada masa ini, musik dipakai sebagai bagian dari kegiatan ritual masyarakat. Dalam beberapa kelompok, bunyi- bunyian yang dihasilkan oleh anggota badan atau alat tertentu diyakini memiliki kekuatan magis. Instrumen atau alat musik yang digunakan umumnya berasal dari alam sekitarnya.
Masa setelah masuknya pengaruh Hindu- Buddha
Pada masa ini, berkembanglah musik- musik istana (khususnya di Jawa). saat itu, musik tidak hanya dipakai sebagai bagian ritual saja, tetapi juga dalam kegiatan- kegiatan keistanaan (sebagai sarana hiburan para tamu raja). Musik istana yang berkembang adalah musik gamelan. Musik gamelan terdiri dari 5 kelompok, yaitu kelompok balungan, kelompok blimbingan, kelompok pencon, kelompok kendang,dan kelompok pelengkap.
Masa setelah masuknya pengaruh Islam
Selain berdagang dan menyebarkan agama islam, para pedagang arab juga memperkenalkan musik mereka. Alat musik mereka berupa gambus & rebana. dari proses itulah muncul orkes- orkes gambus di nusantara (Indonesia) hingga saat ini.
Musik tradisional adalah musik yang hidup di masyarakat secara turun temurun, dipertahankan sebagai sarana hiburan. Tiga komponen yang saling mempengaruhi di antaranya Seniman, musik itu sendiri dan masyarakat penikmatnya. Sedangkan maksudnya untuk memper-satukan persepsi antara pemikiran seniman dan masyarakat tentang usaha bersama dalam mengembangkan dan melestarikan seni musik tradisional. Menjadikan musik trasidional sebagai perbendaharaan seni di masyarakat sehingga musik tradisional lebih menyentuh pada sektor komersial umum.
Pengertian Musik Tradisional atau Musik Nusantara
Musik Nusantara adalah seluruh musik yang berkembang di Nusantara ini, yang menunjukkan atau menonjolkan ciri keindonesiaan, baik dalam bahasa maupun gaya melodinya. Musik Nusantara terdiri dari musik tradisi daerah, musik keroncong, musik dangdut, musik langgam, musik gambus, musik perjuangan, dan musik pop.
Sejarah Musik Nusantara
Terdapat tahapan- tahapan perkembangan musik Indonesia (nusantara). tahapan tersebut adalah sebagai berikut.
Masa sebelum masuknya pengaruh Hindu- Buddha
Pada masa ini, musik dipakai sebagai bagian dari kegiatan ritual masyarakat. Dalam beberapa kelompok, bunyi- bunyian yang dihasilkan oleh anggota badan atau alat tertentu diyakini memiliki kekuatan magis. Instrumen atau alat musik yang digunakan umumnya berasal dari alam sekitarnya.
Masa setelah masuknya pengaruh Hindu- Buddha
Pada masa ini, berkembanglah musik- musik istana (khususnya di Jawa). saat itu, musik tidak hanya dipakai sebagai bagian ritual saja, tetapi juga dalam kegiatan- kegiatan keistanaan (sebagai sarana hiburan para tamu raja). Musik istana yang berkembang adalah musik gamelan. Musik gamelan terdiri dari 5 kelompok, yaitu kelompok balungan, kelompok blimbingan, kelompok pencon, kelompok kendang,dan kelompok pelengkap.
Masa setelah masuknya pengaruh Islam
Selain berdagang dan menyebarkan agama islam, para pedagang arab juga memperkenalkan musik mereka. Alat musik mereka berupa gambus & rebana. dari proses itulah muncul orkes- orkes gambus di nusantara (Indonesia) hingga saat ini.
2.2 tembang dolanan tradisional jawa
CUBLAK-CUBLAK SUWENG
“Cublak cublak suweng,………
Suwenge tinggelenter….
mambu ketundung gudhel…………….
Pak empong lera lere…………
Sopo ngunyu ndelek ake……………….
sir, sirpong dele kopong…………..
sir, sirpong dele kopong………
sopo nguyu ndelek ake………………..”
Suwenge tinggelenter….
mambu ketundung gudhel…………….
Pak empong lera lere…………
Sopo ngunyu ndelek ake……………….
sir, sirpong dele kopong…………..
sir, sirpong dele kopong………
sopo nguyu ndelek ake………………..”
kemarin pas waktu mendengarkan lagu ini dari sebuah mp3 wayang…. Jadi kepikiran untuk nerjemahin lagu anak anak ini… sebab tembang tersebut sarat dengan makna….. dan saya rasa ini adalah lagu yang di populerkan sejak loaaamua dan digunakan untuk mengingat ingat sebuah hal… saking penting nya hal itu sampai digunakan untuk lagu mainan anak anak

mungkin arti lagu tersebut adalah seperti ini :
cublak cublak suweng……
kata “cublak” adalah sebuah kata kebiasan atau idium yang digunakan untuk sebuah permainan saling tebak, sedang kata suweng artinya adalah hiasan telinga (bukan anting anting atau giwang)(ayo lah) bermain tebak tebakan (sebuah) informasi yang sangat penting”
Suwenge tinggelenter………..
Seperti diatas suweng artinya adalah sebuah informasi yang penting, tinggelenter artinya adalah banyak tersebar berserakan… jadi kalo digabungkan kedua kata tersebut ditemukan arti : “informasi penting (ini) (sebenarnya) tersebar disegala tempat.”
mambu ketundung gudhel……….
Mambu artinya adala tercium atau terdeteksi, ketundung artinya adalah diusir/dihilangkan, gudhel artinya adalah anak sapi, cuman saya merasa kata “gudhel” adalah sebuah kata kata idium yang mengartikan orang bodhoh atau orang yang sok tau akan tetapi tidak tau…. Kenapa koq artinya begitu….. gudhel adalah anak sapi, sapi adalah hewan yang sangat bermanpaat khusus nya masyarakat pertanian, disamping manfaat susunya daging dan tenaga nya biasanya juga dimanfaat kan. akan tetapi “gudhel” memang benar adalah anak sapi (hewan yang sangat bermanfaat) akan tetapi ketika masih “gudhel” (ketika sapi masih kecil) sapi kecil tersebut taunya cuman makan dan bermain (masih belum bisa dimanfaatkan… belum keluar susunya, tenaganya masih kecil, dagingnya masih sedikit). Jadi arti kata “mambu ketundung gudhel”
Pak empong lera lere………
Pak empong adalah idium kata dari dewasa/kedewasaan… sebab artinya empong adalah ompong untuk penyebutan prang yang sudah berumur,…….. sedang disebut pak adalah artinya tua yang memiliki arti juga sudah menjadi dewasa …. Jadi kata “pak empong” adalah merujuk pada kata “orang yang dewasa dikrenakan mempunyai banyak pengalaman” kemudian lera lere artiya adalah menoleh kanan kiri atau memilih milih. Jadi kata “pak empong lera lere” adalah "orang dewasa yang sudah banyak pengalaman (mencari dengan) memilah milih (secara cermat)".
sopo ngunyu ndelek ake…..
artinya… “siapa yang tertawa (pasti) menyembunyikan”, memiliki persamaan arti sama seperti “siapa yang tertawa/menertawakan pasti mengetahui (kebohongan) yang ada” atau kalo lebih dipermudah kalo dibaca akan ketemu kata seperti ini “siapa yang (mengetahui pasti akan)(ketika) mengetahui (kebohongan) yang ada”
sir, sirpong dele kopong…
kalo kata “sir pong dele kopong” kurang lebih artinya emmm … pong adalah sesuatu hal seperti bola yang kosong didalam nya, sedang dele (kedelai) kopong adalah kedelai yang mengambang diatas air…..kalau ga salah sih artinya menjadi seperti ini…. “(sesuatu) yang dianggap besar tersebut sebenarnya tidak ada isinya” atau memiliki persamaan arti dengan ini (biar nyambung sama kalimat kalimat terdahulunya, sebab ini adalah rangkaian sebuah tembang) “informasi yang dianggap benar sekarang ini, sebenarnya adalah kebohongan”
jadi kalo digabungkan semua katanya dan disusun sesuai susunan “tembang Cublak Cublak suweng” membentuk kalimat seperti ini :
“(ayo lah) bermain tebak tebakan (sebuah) informasi yang sangat penting.”
“(sebenarnya) informasi penting (ini) (sudah) tersebar disegala tempat.”
“(tetapi ketahuilah) kalo ketahuan (informasi penting ini) bakalan diusir/dihilangkan/dirusak oleh orang orang yang tidak mengerti (bodoh)”
“orang dewasa yang sudah banyak pengalaman/”ilmu” (mencari dengan) memilah milih (secara cermat)”.
“siapa yang (mengetahui pasti akan) tertawa/menertawakan (ketika) mengetahui (kebohongan)
“informasi yang dianggap benar (secara umum) sekarang ini sebenarnya adalah kebohongan”
“informasi yang dianggap benar (secara umum) sekarang ini sebenarnya adalah kebohongan”
“siapa yang (mengetahui pasti akan) tertawa/menertawakan (ketika) mengetahui (kebohongan)
Kalo memang benar seperti itu arti dari Tembang “Cublak Cublak Suweng”……. wuih keren ya permainan kata dari bahasa jawa…….ya..coba aja deh.....diambil dari beberapa sumber di internet
suweng adalah hiasan telinga yang di cantelkan di daun telinga…. Mungkin artinya kata dari idium tersebuat adalah sebuah informasi yang penting. Jadi ditemukan kata artinya seperti ini : “ artinya adalah “kalo ketahuan bakalan diusir/dihilangkan/dirusak oleh orang orang yang tidak mengerti (bodoh)” tertawa/menertawakan yang ada” yang ada”
GUNDHUL-GUNDHUL PACUL
Sebuah tembang Jawa yang konon merupakan warisan Wali Songo dan biasa dilantunkan anak-anak kecil ketika dolanan di malam hari. Sederhana, tapi mengandung makna yang dalam. Terkesan tidak menggurui tetapi mengena di hati.
Gundul gundul pacul gembelengan. Menggambarkan seorang anak yang plontos kepalanya, nakal, bandel, cengegesan, slengekan dan tak bertanggung jawab. Dia tidak menyadari siapa sesungguhnya dirinya, tidak dapat memisahkan hitam putihnya hidup dan mencampuradukan hak kewajibannnya. Sang anak tidak mencoba melihat dengan sudut pandang yang lebih luas dan menganggap dirinya yang paling benar sehingga pantas dia itu gembelengan, sombong dan tak tahu diri.
Nyunggi nyunggi wakul gembelengan. Wakul, sebuah tempat untuk menyajikan nasi yang biasa tersaji di meja-meja makan masyarakat Jawa, melambangkan kesejahteraan, kemakmuran dan keadilan. Bahkan sang anak masih tetap cengengesan, bandel dan tak peduli ketika diatas kepalanya, ia harus nyunggi wakul. Rasa memiliki dan rasa tanggung jawab yang dibebankan kepadanya, dianggap angin lalu belaka, semua terasa tak berharga. Dan lagi-lagi tetap gembelengan, meskipun dia memikul amanah kesejahteraan dan keadilan.
Wakul ngglimpang segane dadi selatar. Tumpahlah wakul itu dan nasinya tersebar di halaman rumah. Akibat rasa sombong, ceroboh dan kianat itulah, kesejahteraan dan keadilan yang semestinya jadi tanggung jawabnya menjadi tidak pernah tergapai. Bahkan hancur berantakan dan menjadi santapan semut-semut yang memang selalu berharap tumpahnya wakul itu. Kepercayaan dan tanggung jawab yang diamanahkan kepada gundul pacul, tidak akan pernah ditunaikan dengan benar.
Jika kesombongan dan selalu ingin menonjolkan diri masih ada disetiap pemimpin, maka bersiaplah untuk mengubur cita-cita luhur bangsa ini. Kalau ingin selalu menang dan merasa benar sendiri itu selalu menjadi pakaian para tokoh bangsa ini, maka tidak akan ada kenyataan Indonesia bangkit dan tegak sebagai sebuh bangsa yang berdaulat. Dan andaikan kesabaran, kebesaran jiwa dan ketulusan hati dari anak-anak bangsa ini sudah luntur.
Bang-bang tut
Bang-bang tut cendelo ewo-weo
Sapa brai ngentut di tumbak reja ndonyo
Nang kali ngiseni kendhi
Jeruk purut adah entut
Artinya = orang-orang yang mempunyai sifat iri dan dengki dan menimbulkan mala petaka .dan siapapun ynag suka menyebarkan fitnah dan perilaku yang tidak menyenangkan akan menerima akibat –nya maka dari itu kita harus mencari hal-hal yang bersifat bermanfaat bagi kehidupan ,supaya bisa menghindari sifat yang tidak baik tersebut.
Ilir-ilir
1. Lir-ilir, Lir-ilir (Bangunlah, bangunlah)
Tandure wus sumilir (Tanaman sudah bersemi)
Tak ijo royo-royo (Demikian menghijau)
Tak sengguh temanten anyar (Bagaikan pengantin baru)
Makna: Sebagai umat Islam kita diminta bangun. Bangun dari keterpurukan, bangun dari sifat malas untuk lebih mempertebal keimanan yang telah ditanamkan oleh Alloh dalam diri kita yang dalam ini dilambangkan dengan Tanaman yang mulai bersemi dan demikian menghijau. Terserah kepada kita, mau tetap tidur dan membiarkan tanaman iman kita mati atau bangun dan berjuang untuk menumbuhkan tanaman tersebut hingga besar dan mendapatkan kebahagiaan seperti bahagianya pengantin baru.
2 Cah angon, cah angon (Anak gembala, anak gembala)
Penekno Blimbing kuwi (Panjatlah (pohon) belimbing itu)
Lunyu-lunyu penekno (Biar licin dan susah tetaplah kau panjat)
Kanggo mbasuh dodotiro (untuk membasuh pakaianmu)
Makna: Disini disebut anak gembala karena oleh Alloh, kita telah diberikan sesuatu untuk digembalakan yaitu HATI. Bisakah kita menggembalakan hati kita dari dorongan hawa nafsu yang demikian kuatnya?
Si anak gembala diminta memanjat pohon belimbing yang notabene buah belimbing bergerigi lima buah. Buah belimbing disini menggambarkan lima rukun Islam. Jadi meskipun licin, meskipun susah kita harus tetap memanjat pohon belimbing tersebut dalam arti sekuat tenaga kita tetap berusaha menjalankan Rukun Islam apapun halangan dan resikonya.
Lalu apa gunanya? Gunanya adalah untuk mencuci pakaian kita yaitu pakaian taqwa.
3. Dodotiro, dodotiro (Pakaianmu, pakaianmu)
Kumitir bedah ing pinggir (terkoyak-koyak dibagian samping)
Dondomono, Jlumatono (Jahitlah, Benahilah!!)
Kanggo sebo mengko sore (untuk menghadap nanti sore)
Makna: Pakaian taqwa kita sebagai manusia biasa pasti terkoyak dan berlubang di sana sini, untuk itu kita diminta untuk selalu memperbaiki dan membenahinya agar kelak kita sudah siap ketika dipanggil menghadap kehadirat Alloh SWT.
4. Mumpung padhang rembulane (Mumpung bulan bersinar terang)
Mumpung jembar kalangane (mumpung banyak waktu luang)
Yo surako surak iyo!!! (Bersoraklah dengan sorakan Iya!!!)
Makna: Kita diharapkan melakukan hal-hal diatas (no 1-3) ketika kita masih sehat (dialambangkan dengan terangnya bulan) dan masih mempunyai banyak waktu luang dan jika ada yang mengingatkan maka jawablah dengan Iya!!!
Lir ilir, judul dari tembang di atas. Bukan sekedar tembang dolanan biasa, tapi tembang di atas mengandung makna yang sangat mendalam. Tembang karya Kanjeng Sunan ini memberikan hakikat kehidupan dalam bentuk syair yang indah. Carrol McLaughlin, seorang profesor harpa dari Arizona University terkagum kagum dengan tembang ini, beliau sering memainkannya. Maya Hasan, seorang pemain Harpa dari Indonesia pernah mengatakan bahwa dia ingin mengerti filosofi dari lagu ini. Para pemain Harpa seperti Maya Hasan (Indonesia), Carrol McLaughlin (Kanada), Hiroko Saito (Jepang), Kellie Marie Cousineau (Amerika Serikat), dan Lizary Rodrigues (Puerto Rico) pernah menterjemahkan lagu ini dalam musik Jazz pada konser musik “Harp to Heart“.
Apakah makna mendalam dari tembang ini? Mari kita coba mengupas maknanya
Lir-ilir, lir-ilir tembang ini diawalii dengan ilir-ilir yang artinya bangun-bangun atau bisa diartikan hiduplah (karena sejatinya tidur itu mati) bisa juga diartikan sebagai sadarlah. Tetapi yang perlu dikaji lagi, apa yang perlu untuk dibangunkan?Apa yang perlu dihidupkan? hidupnya Apa ? Ruh? kesadaran ? Pikiran? terserah kita yang penting ada sesuatu yang dihidupkan, dan jangan lupa disini ada unsur angin, berarti cara menghidupkannya ada gerak..(kita fikirkan ini)..gerak menghasilkan udara. ini adalah ajakan untuk berdzikir. Dengan berdzikir, maka ada sesuatu yang dihidupkan.
tandure wus sumilir, Tak ijo royo-royo tak senggo temanten anyar. Bait ini mengandung makna kalau sudah berdzikir maka disitu akan didapatkan manfaat yang dapat menghidupkan pohon yang hijau dan indah. Pohon di sini artinya adalah sesuatu yang memiliki banyak manfaat bagi kita. Pengantin baru ada yang mengartikan sebagai Raja-Raja Jawa yang baru memeluk agama Islam. Sedemikian maraknya perkembangan masyarakat untuk masuk ke agama Islam, namun taraf penyerapan dan implementasinya masih level pemula, layaknya penganten baru dalam jenjang kehidupan pernikahannya.
Cah angon cah angon penekno blimbing kuwi. Mengapa kok “Cah angon” ? Bukan “Pak Jendral” , “Pak Presiden” atau yang lain? Mengapa dipilih “Cah angon” ? Cah angon maksudnya adalah seorang yang mampu membawa makmumnya, seorang yang mampu “menggembalakan” makmumnya dalam jalan yang benar. Lalu,kenapa “Blimbing” ? Ingat sekali lagi, bahwa blimbing berwarna hijau (ciri khas Islam) dan memiliki 5 sisi. Jadi blimbing itu adalah isyarat dari agama Islam, yang dicerminkan dari 5 sisi buah blimbing yang menggambarkan rukun Islam yang merupakan Dasar dari agama Islam. Kenapa “Penekno” ? ini adalah ajakan para wali kepada Raja-Raja tanah Jawa untuk mengambil Islam dan dan mengajak masyarakat untuk mengikuti jejak para Raja itu dalam melaksanakan Islam.
Lunyu lunyu penekno kanggo mbasuh dodotiro. Walaupun dengan bersusah payah, walupun penuh rintangan, tetaplah ambil untuk membersihkan pakaian kita. Yang dimaksud pakaian adalah taqwa. Pakaian taqwa ini yang harus dibersihkan.
Dodotiro dodotiro, kumitir bedah ing pinggir. Pakaian taqwa harus kita bersihkan, yang jelek jelek kita singkirkan, kita tinggalkan, perbaiki, rajutlah hingga menjadi pakain yang indah ”sebaik-baik pakaian adalah pakaian taqwa“.
dondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore. Pesan dari para Wali bahwa suatu ketika kamu akan mati dan akan menemui Sang Maha Pencipta untuk mempertanggungjawabkan segala perbuatanmu. Maka benahilah dan sempurnakanlah ke-Islamanmu agar kamu selamat pada hari pertanggungjawaban kelak.
Mumpung padhang rembulane, mumpung jembar kalangane. Para wali mengingatkan agar para penganut Islam melaksanakan hal tersebut ketika pintu hidayah masih terbuka lebar, ketika kesempatan itu masih ada di depan mata, ketika usia masih menempel pada hayat kita.
Yo surako surak hiyo. Sambutlah seruan ini dengan sorak sorai “mari kita terapkan syariat Islam” sebagai tanda kebahagiaan. Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu (Al-Anfal :25)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tembang dolanan merupakan sarana bermain dan bernyanyi terutama bagi anakanak. Tembang dolanan yang masih aktif adalah tembang dolanan dengan bahasa Jawa. Tembang dolanan tersebut dinyanyikan bersama-sama dengan teman sepermainan disertai bentuk permainan. Ada pula tembang dolanan yang tidak disertai permainan, tetapi dilakukan pada saat-saat tertentu. Hal terpenting adalah tembang dolanan tersebut bukan sekedar sarana hiburan semata, namun interpretasi dari masyarakat pendukungnya menjadikan tembang dolanan mempunyai pesan sosial.
3.2 Pesan dan Kesan
- kami dapat mengetahui makna-makna simbolik dalam sebuah lagu dolanan tembang jawa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar